Perih s'lalu bayangi angan
Menelusuk, menetaskan luka dalam ilusi yang mengiringi setiap langkah
Sesalku akan dosa
selamanya merajamku sampai jatuh
sampai tenggelam
Namun uluran tanganmu
menetaskan tenang
melahirkan senyum
Ilusi surga dengan gambaran ketenangan rasa
Perih musnah didekapmu
Aku ingin kau sentuhku hingga perih itu musnah
Dan takkan pernah kembali
Aku ulurkan tangan
dan menunggu kau genggam
Hingga waktu indah itu :)
special for Yolanda Rafles
Tuesday, January 18, 2011
Wednesday, January 12, 2011
sesal
entah kenapa aku
seperti anjing tak bernurani
serang kau bertubi
tak peduli air mata
hancurkan harimu
tapi kini izinkan ku sesali semua
izinkan ku mengemis padamu
tentang masa depan
yang pernah kita citakan
izinkan ku perbaiki langit yang sempat gelap
izinkan ku tengok mentari
menetaskan harapan
tentang masa depan
aku ingin gapai mentari
denganmu
rangkul aku, seperti dahulu kau sering ingini
percayalah aku
aku akan hapus masa kelam itu
dan merakit sayap
untuk kita terbang
ke arah mentari
bersama lagi
masih bolehkah?
seperti anjing tak bernurani
serang kau bertubi
tak peduli air mata
hancurkan harimu
tapi kini izinkan ku sesali semua
izinkan ku mengemis padamu
tentang masa depan
yang pernah kita citakan
izinkan ku perbaiki langit yang sempat gelap
izinkan ku tengok mentari
menetaskan harapan
tentang masa depan
aku ingin gapai mentari
denganmu
rangkul aku, seperti dahulu kau sering ingini
percayalah aku
aku akan hapus masa kelam itu
dan merakit sayap
untuk kita terbang
ke arah mentari
bersama lagi
masih bolehkah?
Saturday, December 11, 2010
hilang semua, hancur..
terik menyengat
siksaku
lari ku berteduh
kini yang kunikmati hancur!
benar-benar hilang, ditelan tanah, dimakan debu
ku bagai ribuan hati yang patah
jadi satu, hancur, tanpa harapan
dusta kau, menari-nari tanpa suara
terdengar bunyi indah dari hatimu
namun tak sebutku
siapa cahayamu?
padahal engkaulah embunku
tumbuh indah seperti padi..
siksaku
lari ku berteduh
kini yang kunikmati hancur!
benar-benar hilang, ditelan tanah, dimakan debu
ku bagai ribuan hati yang patah
jadi satu, hancur, tanpa harapan
dusta kau, menari-nari tanpa suara
terdengar bunyi indah dari hatimu
namun tak sebutku
siapa cahayamu?
padahal engkaulah embunku
tumbuh indah seperti padi..
Labels:
cinta
Monday, December 6, 2010
siang kini
siang
datang
tak ada sesal
lebih baik ku tidur siang
matahari
sejenak akan ku benci
maafkan
aku taktis
datang
tak ada sesal
lebih baik ku tidur siang
matahari
sejenak akan ku benci
maafkan
aku taktis
Sunday, December 5, 2010
sudah gelap
bunga
ku tahu kau hanya menari
masih berjalan menuju senja kemarin
mereka sudah lihat durimu
dulu hanya ku saja yang tertusuk
kini durimu menusuk dalam
tarianmu, menjadi jalan lurus
sakitkanku, melepuh, berhenti berjalan
kejutkanku, meriuh, dalam hari baru, tetap ku akan berjalan
bunga
indahmu kini
embun
ku takkan biarkan siang
ku takkan mampu tatap surya
tanpa kuhirup bau embun
tanpa kugenggammu bunga
hey pagi
teruslah pagi
hingga tiada siang\
hingga pagi abadi
ku takut malam
menetaslah cinta
karena pagi adalah rasa
karena pagi adalahharapan
ku takut
bila sudah gelap
ku tahu kau hanya menari
masih berjalan menuju senja kemarin
mereka sudah lihat durimu
dulu hanya ku saja yang tertusuk
kini durimu menusuk dalam
tarianmu, menjadi jalan lurus
sakitkanku, melepuh, berhenti berjalan
kejutkanku, meriuh, dalam hari baru, tetap ku akan berjalan
bunga
indahmu kini
embun
ku takkan biarkan siang
ku takkan mampu tatap surya
tanpa kuhirup bau embun
tanpa kugenggammu bunga
hey pagi
teruslah pagi
hingga tiada siang\
hingga pagi abadi
ku takut malam
menetaslah cinta
karena pagi adalah rasa
karena pagi adalahharapan
ku takut
bila sudah gelap
Labels:
cinta
melebur, menjadi debu
puluhan burung berkicau
riuh, menerjang karam
tak mati ku di sana
panggil ku siluman
distorsi arah angin ini
jiwa jiwa yang melebur
menjadi debu
takkan meriuh
kini menetas, menguak kalbu
memang lelah ku berjalan
tapi tak menangis ku
sampai surya tenggelam
ku takkan lepas
kau milikku
bunga
kau milikku
langit
riuh, menerjang karam
tak mati ku di sana
panggil ku siluman
distorsi arah angin ini
jiwa jiwa yang melebur
menjadi debu
takkan meriuh
kini menetas, menguak kalbu
memang lelah ku berjalan
tapi tak menangis ku
sampai surya tenggelam
ku takkan lepas
kau milikku
bunga
kau milikku
langit
Tuesday, November 30, 2010
Lima Puluh Enam
berbulan ku langkah
beribu ku kejar
matahari tak pernah menyapa
bulan berhenti bersinar
matahari kini tak hanya sinarkan vertical
lima puluh enam hangatkanku
bulan berhenti bersinar
lima puluh enam tarikku larut dalam malam
roda itu kuatkan
roda itu bentukku
kami dalam satu lukisan
ada gradasi dan garis batas
namun semua hilang
kami adalah canvas kosong
bukan tak punya apa-apa
tapi satu warna
yang tak pernah tertangkap mata elang
yang meihat tanpa mencerna
lama ku menunggu
dalam debu, kami tak pisah
dalam hujan, kami terikat
oleh panas, kami lawan
ku butuh lintasan yang panjang
yang dibangun lima puluh enam
untuk sembilan warna di hijau kuning
tak pernah terlihat,
tapi kami lima puluh enam
kami satu
kami dua ribu sembilan
beribu ku kejar
matahari tak pernah menyapa
bulan berhenti bersinar
matahari kini tak hanya sinarkan vertical
lima puluh enam hangatkanku
bulan berhenti bersinar
lima puluh enam tarikku larut dalam malam
roda itu kuatkan
roda itu bentukku
kami dalam satu lukisan
ada gradasi dan garis batas
namun semua hilang
kami adalah canvas kosong
bukan tak punya apa-apa
tapi satu warna
yang tak pernah tertangkap mata elang
yang meihat tanpa mencerna
lama ku menunggu
dalam debu, kami tak pisah
dalam hujan, kami terikat
oleh panas, kami lawan
ku butuh lintasan yang panjang
yang dibangun lima puluh enam
untuk sembilan warna di hijau kuning
tak pernah terlihat,
tapi kami lima puluh enam
kami satu
kami dua ribu sembilan
Labels:
kehidupan